Kesenian Sisingaan Depok (Subang, Jawa Barat)
Sisingaan
itu apasih?
Sisingaan
itu keseniaan tradisional yang berasal dari Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ciri
khas dari keseniaan tersebut adalah sepasang patung binatang yang menyerupai
singa. Jadi, disebutlah Sisingaan.
Sisingaan muncul pada masa pemerintahan
Belanda 1812. Sebagai bentuk ketidaksenangan terhadap kaum penjajah Belanda dan
Inggris yang menganggap masyarakat Subang bodoh atau miskin, para senimanpun
berharap suatu saat nanti generasi muda harus bisa bangkit mengusir penjajah dari
tanah air sehingga masyarakat Subang bisa hidup sejahtera.
Harapan seniman dilambangkan dengan
sepasang sisingaan sebagai Belanda dan Inggris, penumpang sisingaan sebagai
generasi muda dan waditra nayaga sebagai masyarakat yang memberi semangat
kepada generasi muda untuk mengalahkan atau mengusir penjajah.
Keseniaan
sisingaan itu sudah berkembang sejauh apa?
Keseniaan
sisingaan ini mulai berkembang karena munculnya kreasi baru yang diangkat atau
digali oleh para seniman, tanpa menghilangkan unsur tradisi aslinya. Diiringi dengan
sebutan yang berbagai macam dari setiap daerah. Seperti Subang Utara yang menggunakan
istilah PERGOSI atau Persatuan Gotong Sisingaan dan didaerah lain biasa
menyebut Sisingaan sesuai dengan apa yang mereka lihat atau dengar seperti ;
odong-odong, kuda depok, kukudaan, singa depok, dll.
Pada
tanggal 5 Januari tahun 1988, seniman sisingaan menyelenggarakan seminar dan
memutuskan pembakuan atau penyeragaman dalam penyebutan sisingaan. Juga memutuskan
bahwa sepasang sisingaan melambangkan dua penjajah dan melambangkan kekuatan,
kekuasaan, kebodohan serta kemiskinan.
Kesenian sisingaan mulai terkenal
sampai tingkat nasional pada saat penyambutan kedatangan Presiden Soeharto,
bertepatan dengan hari Krida Tani tahun 1968 di Blanakan, Subang, Jawa Barat.
Semenjak itu sisingaan mulai ditetapkan dan difungsikan sebagai kesenian untuk
menyambut tamu terhormat atau tamu kehormatan. Jadi, para seniman mengangkat
kesenian sisingan dengan mengubahnya dari bentuk heleran ke bentuk pergelaran
arena.
Pada tahun 1971 Jakarta Fair
menggelar acara yang mementaskan kesenian sisingaan sehingga kesenian sisingaan
semakin terkenal. Kemudian pada tahun 1972 dipentaskan di Istana Bogor, pada
tahun 1973 dipentaskan di Istana Negara, pada tahun 1981 menjadi duta seni
Indonesia di Hongkong dan menjadi juara pertama. Pada tahun 1991 sisingaan
diminta oleh panitia terjun paying internasional untuk mengadakan pergelaran di
Jakarta. Maka dari itu, pemerintah daerah secara rutin menyelenggarakan
festivial sisingaan setiap tahun, sehingga saat ini kesenian sisingaan tidak
hanya menjadi milik masyarakat Subang, namun sudah menjadi milik nasional.
Fungsi
kesenian sisingaan itu apa sih?
Jadi
pada awal terbentuknya kesenian sisingaan itu awalnya hanya untuk sarana
hiburan pada saat anak dikhitan, dengan cara melakukan helaran keliling
kampung. Namun pada saat ini kesenian sisingaan mempunyai fungsi yang beragam
antara lain untuk prosesi penyambutan tamu terhormat, dengan jalan naik di atas
sisingaan. Selain itu juga untuk menyambut atlet yang berhasil memenangkan
suatu pertandingan, dan bisa juga ditampilkan secara eksklusif berdasarkan
permintaan.
Apa
saja unsur-unsur yang terkandung dalam kesenian sisingaan?
Yang pertama, ada unsur tari (koreografi). Adanya unsur tari dikarenakan pengusung sisingaan
harus memiliki kekompakan, keseragaman gerak dan keluwesan dalam menari untuk
memberikan tampilan keindahan yang menarik.
Yang
kedua, ada unsur waditra (karawitan) dan sinden (juru kawih). Unsur waditra atau
karawitan yang digunakan dalam sisingaan semakin berkembang, hal ini karena
adanya pengaruh serta kreativitas seniman dalam memainkan alat musik. Waditra
sangat berpengaruh dan menjadi unsur yang sangat penting pada saat
helaran/pagelaran/pementasan, sehingga menjadi kesatuan yang tak terpisahkan.
Pengembangan waditra tidak mengubah ciri khas dalam karawitan sisingaan, karena
para seniman masih berpegang pada tradisi dan aturan-aturan (tetekon)
sisingaan.
Dengan waditra atau karawitan
tersebut, maka sisingaan bisa memainkan musik penca dan jaipong. Sehingga kedua
jenis musik tadi dijadikan standar kesenian sisingaan. Juru kawih atau sinden
merupakan penyanyi yang membawakan lagu dalam sisingaan. Juru kawih biasanya
seorang perempuan yang memiliki suara merdu. Sedangkan lagu-lagu yang dibawakan
antara lain: kesenian sisingaan,awi ngarambat, kembang beureum, buah kawung,
arang-arang, siuh, senggot, sinur, tumbila diadu boksen, kulu-kulu sadunya,
gondang.
Yang
ketiga, unsur seni rupa dan busana pengusung. Unsur seni rupa yang terdapat pada
sisingaan semakin hari semakin berkembang, ke arah yang lebih baik, baik dari
ukuran maupun bentuknya. Misalnya dalam hal bentuk muka sisingaan, sudah semakin
mirip dengan bentuk singa asli, karena bagian muka tersebut dibalut atau
ditempel dengan bahan berbulu. Mimik muka juga dibikin semirip mungkin, dengan
mulut terbuka seperti singa hendak menerkam mangsa, dengan memperlihatkan
taringnya yang tajam. Pewarnaan menggunakan cat juga semakin cemerlang dan
menarik.
Sedangkan rambut sisingaan terbuat
dari bahan yang mirip dengan bulu singa, baik warna maupun jenis bahannya.
Begitu juga dengan badan sisingaan yang sudah menggunakan bahan yang ringan dan
kuat serta berbulu seperti singa. Posisi kaki juga sangat bervariasi ada yang
seperti berjalan, berdiri biasa, dan ada yang seperti mau menerjang.
Selain itu perubahan juga pada
pakaian pengusung dan penabuh alat karawitan. Pada masa lalu busana pemain
sangat sederhana, dan tidak seragam. sementara saat ini pakaian sudah
diperhitungkan nilai estetisnya, seperti pada baju kampret, celana pangsi,
iket, ikat pinggang, sepatu, kaos kaki.
Baby shark dododo.. Baby shark dodoodoododdo
BalasHapus